Rabu, 11 Juli 2012

Renungan Waktu


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr’: 18) 

Waktu adalah uang… seperti itulah golongan materialis menghargai waktunya. Namun bagi orang-orang beriman waktu tak hanya sekedar harta (uang) yang bisa dihargai, lebih dari itu… bagi mereka waktu adalah kehidupan. Dengan waktu yang dimiliki mereka memperjuangkan kehidupan dunia, dan tentu saja kehidupan akhirat yang lebih utama. Mereka tidak lalai, malas, apalagi mubazir (membuang-buang) waktu. 

Namun jika keimanan seseorang hanya diukur dari sejauh mana ia mampu memanfaat waktu, maka akan kita dapati bahwa teramat-sangat sedikit orang-orang yang beriman yang hidup di zaman ini. Hal ini bukan karena mereka tidak lagi yakin pada alam akhirat dan pertanggungjawaban terhadap waktu yang telah dihabiskan, namun karena mereka telah diperdaya oleh -kenikmatan- dunia yang melemahkan semangat untuk melakukan kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat. 

Ibarat seorang penyelam yang mencari mutiara di lautan yang dalam dan luas. Ketika menyelam ia terpukau akan keindahan dunia bawah laut; ikan yang cantik dengan beragam bentuk dan warnanya, juga tumbuhan-tumbuhan disana. Tanpa disadari ia telah begitu lama terpedaya dengan keindahan di bawah laut hingga ia kehabisan gas. Akhirnya ia kembali ke permukaan tanpa satupun mutiara yang berhasil didapat...

Seperti itu pula dengan kehidupan saat ini, begitu banyak orang-orang (yang mengaku beriman) terpedaya oleh kesia-siaan atau bahkan keburukan yang mereka kerjakan. Mereka cinta pada maksiat yang mereka sembunyikan, dan mereka terikat pada permainan dan aktivitas yang melalaikan. Tanpa mereka sadari kehidupan mereka menjadi tergantung pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Waktu mereka habis tanpa adanya kebaikan yang didapatkan.

Setiap hari mereka (kita) terus menguras habis waktu yang dimiliki hanya untuk dunia. Jika mereka dinasehati akan kehidupan akhirat mereka akan membangkang dan akan mengutarakan setidaknya 3 alasan bodoh sebagai pembenaran atas kebodohan mereka :
• Pertama, berdalih dengan hadits palsu tentang "bekerjalah untuk dunia seakan kamu akan hidup selamanya, dan beramalah untuk akhirat seakan kamu akan mati esok". Padahal Syaikh Nashiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadits tersebut sama sekali tidak bersumber dari Nabi. 
• Kedua, mereka akan beralasan bahwa pekerjaan mereka adalah bagian dari ibadah. Kenyataannya mereka bekerja hanyalah untuk kehidupan dunia yang mereka sebut masa depan dan mereka lalai dalam mengingat-Nya. Padahal sebutan masa depan hanya layak bagi kehidupan akhirat, karena segala yang terjadi maupun yang akan terjadi di dunia ini tetap hanya akan menjadi masa lalu. 
• Ketiga, mereka akan mengatakan bahwa akan beribadah nanti (di usia tua). Padahal tidak ada jaminan mereka masih memiliki kesempatan hidup nantinya...

Saudaraku, janganlah sampai kita termasuk pada golongan orang-orang yang di siang harinya mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dan di malam hari mereka terlalu lelah dan akhirnyanya menghabiskan waktunya hanya untuk tidur. Padahal malam memiliki waktu yang cukup untuk mengembalikan tenaga jasmani dengan tidur dan menguatkan tenaga rohani dengan ibadah dan muhasabah. Lihatlah orang-orang kafir yang tidak mau tidur lebih dari 4 jam sehari. Mereka terlalu cinta pada dunia dan takut waktu mereka habis padahal mereka belum puas -dan tentu saja tidak akan pernah puas- menikmati dunia. Tentunya kita sebagai orang yang beriman pada kehidupan akhirat harus lebih tegas lagi terhadap waktu dan cerdas dalam mengaturnya!

Saudaraku, ingatlah bahwa kemuliaan seseorang ada pada ketaqwaannya. Dan orang yang paling takwa adalah yang paling bijaksana terhadap waktunya. Itulah orang-orang yang selalu waspada terhadap aktivitas yang tidak bermafaat yang dapat menyita waktunya. Itulah orang-orang yang selalu menghitung waktunya, kemana saja telah ia belanjakan. Itulah orang-orang yang selalu mempertanyakan faedah suatu pekerjaan sebelum mengerjakannya.

Saudaraku... tidak layak apabila waktu kita yang sangat berharga habis untuk dunia, karena waktu (kehidupan) yang saat ini kita miliki jauh lebih berharga dari dunia dan seisinya. Ketahuilah bahwa dunia akan mahal harganya bagi orang-orang yang ingin membelinya, namun dunia ini akan sangat rendah (murah) bahkan tidak lagi berharga bagi bagi orang-orang yang ingin membeli surga dan keridhoan-Nya. 

Saudaraku… sudah saatnya kita jeli dalam memanfaatkan waktu luang yang kita miliki. Seringkali kita mengabaikan detik dan bahkan menit yang berlalu sia-sia. Padahal jika dihitung dalam sehari sudah ribuan detik waktu yang kita abaikan yang apabila kita manfaatkan tentu cukup untuk membaca al-Qur'an satu juz, bahkan lebih!

Saudaraku… Renungkanlah! Barangkali waktu yang telah kita habiskan untuk kemaksiatan dan kesia-siaan jauh lebih banyak daripada waktu yang telah kita manfaatkan untuk kebaikan, barangkali waktu yang telah kita buang sia-sia jauh lebih banyak daripada waktu kita masih tersisa...

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, 
“Hisablah diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari amal shalih untuk hari kebangkitan serta (yang akan) dipaparkan kepada Rabb kalian.” 

Sumber : rabbanisnotes.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar