“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr’: 18)
Waktu
adalah uang… seperti itulah golongan materialis menghargai waktunya. Namun bagi
orang-orang beriman waktu tak hanya sekedar harta (uang) yang bisa dihargai,
lebih dari itu… bagi mereka waktu adalah kehidupan. Dengan waktu yang dimiliki
mereka memperjuangkan kehidupan dunia, dan tentu saja kehidupan akhirat yang
lebih utama. Mereka tidak lalai, malas, apalagi mubazir (membuang-buang)
waktu.
Namun
jika keimanan seseorang hanya diukur dari sejauh mana ia mampu memanfaat waktu,
maka akan kita dapati bahwa teramat-sangat sedikit orang-orang yang beriman
yang hidup di zaman ini. Hal ini bukan karena mereka tidak lagi yakin pada alam
akhirat dan pertanggungjawaban terhadap waktu yang telah dihabiskan, namun
karena mereka telah diperdaya oleh -kenikmatan- dunia yang melemahkan semangat
untuk melakukan kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat.
Ibarat
seorang penyelam yang mencari mutiara di lautan yang dalam dan luas. Ketika
menyelam ia terpukau akan keindahan dunia bawah laut; ikan yang cantik dengan
beragam bentuk dan warnanya, juga tumbuhan-tumbuhan disana. Tanpa disadari ia
telah begitu lama terpedaya dengan keindahan di bawah laut hingga ia kehabisan
gas. Akhirnya ia kembali ke permukaan tanpa satupun mutiara yang berhasil
didapat...
Seperti
itu pula dengan kehidupan saat ini, begitu banyak orang-orang (yang mengaku
beriman) terpedaya oleh kesia-siaan atau bahkan keburukan yang mereka kerjakan.
Mereka cinta pada maksiat yang mereka sembunyikan, dan mereka terikat pada
permainan dan aktivitas yang melalaikan. Tanpa mereka sadari kehidupan mereka
menjadi tergantung pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Waktu mereka habis tanpa
adanya kebaikan yang didapatkan.
Setiap
hari mereka (kita) terus menguras habis waktu yang dimiliki hanya untuk dunia.
Jika mereka dinasehati akan kehidupan akhirat mereka akan membangkang dan akan
mengutarakan setidaknya 3 alasan bodoh sebagai pembenaran atas kebodohan mereka
:
•
Pertama, berdalih dengan hadits palsu tentang "bekerjalah untuk dunia
seakan kamu akan hidup selamanya, dan beramalah untuk akhirat seakan kamu akan
mati esok". Padahal Syaikh Nashiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadits
tersebut sama sekali tidak bersumber dari Nabi.
•
Kedua, mereka akan beralasan bahwa pekerjaan mereka adalah bagian dari ibadah.
Kenyataannya mereka bekerja hanyalah untuk kehidupan dunia yang mereka sebut
masa depan dan mereka lalai dalam mengingat-Nya. Padahal sebutan masa depan
hanya layak bagi kehidupan akhirat, karena segala yang terjadi maupun yang akan
terjadi di dunia ini tetap hanya akan menjadi masa lalu.
•
Ketiga, mereka akan mengatakan bahwa akan beribadah nanti (di usia tua).
Padahal tidak ada jaminan mereka masih memiliki kesempatan hidup nantinya...
Saudaraku,
janganlah sampai kita termasuk pada golongan orang-orang yang di siang harinya
mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dan di malam hari mereka terlalu
lelah dan akhirnyanya menghabiskan waktunya hanya untuk tidur. Padahal malam
memiliki waktu yang cukup untuk mengembalikan tenaga jasmani dengan tidur dan
menguatkan tenaga rohani dengan ibadah dan muhasabah. Lihatlah orang-orang
kafir yang tidak mau tidur lebih dari 4 jam sehari. Mereka terlalu cinta pada
dunia dan takut waktu mereka habis padahal mereka belum puas -dan tentu saja
tidak akan pernah puas- menikmati dunia. Tentunya kita sebagai orang yang
beriman pada kehidupan akhirat harus lebih tegas lagi terhadap waktu dan cerdas
dalam mengaturnya!
Saudaraku,
ingatlah bahwa kemuliaan seseorang ada pada ketaqwaannya. Dan orang yang paling
takwa adalah yang paling bijaksana terhadap waktunya. Itulah orang-orang yang
selalu waspada terhadap aktivitas yang tidak bermafaat yang dapat menyita
waktunya. Itulah orang-orang yang selalu menghitung waktunya, kemana saja telah
ia belanjakan. Itulah orang-orang yang selalu mempertanyakan faedah suatu
pekerjaan sebelum mengerjakannya.
Saudaraku...
tidak layak apabila waktu kita yang sangat berharga habis untuk dunia, karena
waktu (kehidupan) yang saat ini kita miliki jauh lebih berharga dari dunia dan
seisinya. Ketahuilah bahwa dunia akan mahal harganya bagi orang-orang yang
ingin membelinya, namun dunia ini akan sangat rendah (murah) bahkan tidak lagi
berharga bagi bagi orang-orang yang ingin membeli surga dan
keridhoan-Nya.
Saudaraku…
sudah saatnya kita jeli dalam memanfaatkan waktu luang yang kita miliki.
Seringkali kita mengabaikan detik dan bahkan menit yang berlalu sia-sia.
Padahal jika dihitung dalam sehari sudah ribuan detik waktu yang kita abaikan
yang apabila kita manfaatkan tentu cukup untuk membaca al-Qur'an satu juz,
bahkan lebih!
Saudaraku…
Renungkanlah! Barangkali waktu yang telah kita habiskan untuk kemaksiatan dan
kesia-siaan jauh lebih banyak daripada waktu yang telah kita manfaatkan untuk
kebaikan, barangkali waktu yang telah kita buang sia-sia jauh lebih banyak
daripada waktu kita masih tersisa...
Ibnu
Katsir rahimahullah berkata,
“Hisablah
diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari
amal shalih untuk hari kebangkitan serta (yang akan) dipaparkan kepada Rabb
kalian.”
Sumber : rabbanisnotes.blogspot.com
Sumber : rabbanisnotes.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar