Setelah
kita mengetahui keutamaan waktu pagi, bahaya tidur pagi menurut para ulama,
sebab-sebab tidur pagi dan solusinya, dan keutamaan berdagang di pagi hari,
saat ini kami akan menyajikan beberapa kiat yang dapat setiap muslim lakukan di
waktu pagi. Semua ini bertujuan agar waktu pagi tersebut adalah waktu yang
penuh berkah dan bukan waktu yang sia-sia. Hanya Allah-lah yang memberi taufik.
Kiat Pertama: Membaca Al Qur’an dan memahami maknanya
Saudaraku,
isilah waktu pagimu dengan membaca Al Qur’an. Waktu pagi adalah waktu masih fit
seseorang beraktivitas. Maka bagus sekali jika seseorang memanfaatkannya untuk
membaca dan mentadaburi Al Qur’an. Ingatlah bahwa Al Qur’an nanti bisa memberi
syafa’at bagi kita di hari yang penuh kesulitan pada hari kiamat kelak. Dari
Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bacalah
Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’
(pemberi syafa’at) bagi yang membacanya. Bacalah Az Zahrowain (dua surat
cahaya) yaitu surat Al Baqarah dan Ali Imran karena keduanya datang pada hari
kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau
seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan
yang lainnya), keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat
tersebut. Bacalah pula surat Al Baqarah. Mengambil surat tersebut adalah suatu
keberkahan dan meninggalkannya akan mendapat penyesalan. Para tukang sihir
tidak mungkin menghafalnya.” (HR.
Muslim no. 1910. Lihat penjelasan hadits ini secara lengkap di At Taisir bi
Syarhi Al Jami’ Ash Shogir, Al Munawi, 1/388, Asy Syamilah)
Lebih
baik lagi selain membaca kita dapat memahami makna/tafsirnya melalui
kitab-kitab tafsir seperti tafsir Ibnu Katsir dan tafsir As Sa’di yang penuh
dengan banyak faedah di dalamnya. Keutamaan memahami tafsir Al Qur’an dapat
dilihat pada hadits berikut ini. Dari Abu Musa Al Asy’ariy, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Permisalan
orang yang membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah,
rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an dan
mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma.
Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah bagaikan royhanah, baunya
menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al
Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.” (HR. Bukhari no. 5059)
Kiat Kedua: Mengulang Hafalan Al Qur’an
Bagi
yang memiliki hafalan Al Qur’an juga dapat mengisi waktu paginya dengan
mengulangi hafalan karena waktu pagi adalah waktu terbaik untuk menghafal
dibanding dengan waktu siang yang penuh dengan kesibukan. Di antara keutamaan
menghafal Al Qur’an terdapat dalam hadits berikut.
Dari
Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dikatakan
kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah
serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu
adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914. Syaikh Al
Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2240 mengatakan bahwa hadits ini
shohih)
Yang
dimaksudkan dengan ‘membaca’ dalam hadits ini adalah menghafalkan Al Qur’an.
Perhatikanlah perkataan Syaikh Al Albani berikut dalam As Silsilah Ash Shohihah
no. 2440.
“Ketahuilah
bahwa yang dimaksudkan dengan shohibul qur’an (orang yang membaca Al Qur’an) di
sini adalah orang yang menghafalkannya dari hati sanubari. Sebagaimana hal ini
ditafsirkan berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,
‘Suatu kaum akan dipimpin oleh orang yang paling menghafal Kitabullah (Al
Qur’an).’
Kedudukan
yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan
seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini,
sebagaimana hal ini banyak disalahpahami banyak orang. Inilah keutamaan yang
nampak bagi seorang yang menghafalkan Al Qur’an, namun dengan syarat hal ini
dilakukan untuk mengharap wajah Allah semata dan bukan untuk mengharapkan
dunia, dirham dan dinar. Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda,
“Kebanyakan
orang munafik di tengah-tengah umatku adalah qurro’uha (yang menghafalkan Al
Qur’an dengan niat yang jelek).” (HR.
Ahmad, sanadnya hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).”
[Makna
qurro’uha di sini adalah salah satu makna yang disebutkan oleh Al Manawi dalam
Faidhul Qodir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 2/102 (Maktabah Syamilah)]
Bagi
yang sudah memiliki banyak hafalan, ikatlah hafalan tersebut dengan banyak
mengulanginya. Dari Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Sesungguhnya
orang yang menghafalkan Al Qur’an adalah bagaikan unta yang diikat. Jika
diikat, unta itu tidak akan lari. Dan apabila dibiarkan tanpa diikat, maka dia
akan pergi.” (HR. Bukhari no.
5031 dan Muslim no. 789).
Dalam
riwayat Muslim yang lain terdapat tambahan,
”Apabila
orang yang menghafal Al Qur’an membacanya di waktu malam dan siang hari, dia
akan mengingatnya. Namun jika dia tidak melakukan demikian, maka dia akan
lupa.” (HR. Muslim no. 789)
Al
Faqih Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin memiliki kebiasaan menghafal Al
Qur’an di pagi hari sehingga bisa menguatkan hafalannya. Beliau rahimahullah
mengatakan, “Cara yang paling bagus untuk menghafalkan Al Qur’an -menurutku-
adalah jika seseorang pada suatu hari menghafalkan beberapa ayat maka hendaklah
dia mengulanginya pada keesokan paginya. Ini lebih akan banyak menolongnya
untuk menguasai apa yang telah dia hafalkan di hari sebelumnya. Ini juga adalah
kebiasaan yang biasa saya lakukan dan menghasilkan hafalan yang bagus.” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 105, Darul
Itqon Al Iskandariyah)
Kiat Ketiga: Membaca Dzikir-dzikir Pagi
Waktu
pagi juga bisa diisi dengan membaca dzikir-dzikir pagi. Bacaan dzikir di waktu
pagi secara lebih lengkap dapat dilihat dalam kitab Hisnul Muslim yang disusun
oleh Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni. Di antara dzikir di pagi hari yang
mudah untuk kita baca adalah bacaan istigfar.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah
aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari, pen)
kecuali aku telah beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali.” (HR. An Nasa’i. Dishohihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 1600. Lihat Al Mu’jam Al
Awsath lith Thobroniy, 8/432, Asy Syamilah)
Dan
bacaan istigfar yang paling sempurna adalah sebagaimana yang terdapat dalam
shohih Al Bukhari dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Penghulu istigfar adalah
apabila engkau mengucapkan,
“Ya
Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali
Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada
perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang
kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena
itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (HR. Bukhari no. 6306)
Faedah
dari bacaan ini adalah sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sabdakan dari lanjutan hadits di atas, “Barangsiapa mengucapkannya pada siang
hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia
termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dalam
keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk
penghuni surga.”
Bacaan
sayyidul istigfar ini meliputi makna taubat dan terdapat pula hak-hak keimanan.
Di dalam bacaan ini juga terkandung kemurnian ibadah dan kesempurnaan
ketundukan serta perasaan sangat butuh kepada Allah. Sehingga bacaan dzikir ini
melebihi bacaan istigfar lainnya karena keutamaan yang dimilikinya. Juga bacaan
sederhana yang bisa kita baca adalah dengan membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq
dan An Naas masing-masing 3x. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Membaca
Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Al Muwa’idzatain (surat Al Falaq dan
An Naas) ketika sore dan pagi hari sebanyak tiga kali akan mencukupkanmu dari
segala sesuatu).” (HR. Abu
Daud no. 5082. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud
mengatakan bahwa hadits ini hasan)
–Semoga
kita termasuk orang yang selalu merutinkannya di setiap pagi dan sore-
Kiat Keempat: Menuntut ilmu agama
Waktu
pagi juga bisa kita isi dengan mempelajari ilmu agama. Hal ini bisa kita
lakukan dengan menghadiri majelis ilmu atau dengan membaca berbagai kitab para
ulama.
Nafi’
telah bertanya kepada Ibnu Umar tentang sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Ya
Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Ibnu
Umar menjawab, “Dalam menuntut ilmu dan shaf pertama.” (Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al
Jami’ li Akhlaqir Rawi wa Aadabis Sami’, 1 /150 dan As-Sam’aany dalam Adabul
Imla’ wal Istimla’, 1/129)
Semoga
kita termasuk orang-orang yang mengisi waktu pagi dengan hal-hal yang
bermanfaat. Alhamdulillah, berakhir pula tulisan kami mengenai waktu pagi, yang
kami sajikan dalam lima seri tulisan. Mudah-mudahan buku ini bisa diterbitkan
sehingga bermanfaat luas bagi kaum muslimin. Semoga Allah selalu memberikan
ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib, dan menjadikan amalan kita diterima di
sisi-Nya.
Sumber : islam-download.net
Sumber : islam-download.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar