1.
Membaca Al-Qur’an dengan khusyuk dan menghayati makna yang dikandungnya. Dekat
dengan Al-Qur’an merupakan salah satu amal yang bisa mendekatkan seseorang pada
mahabbatullah. Karenanya, kita bisa menyaksikan Kalam-Nya dalam bentuk tulisan,
bisa mendengarkannya dalam bentuk bacaan, serta pengaruhnya terhadap hati dan
jiwa bisa berulang-ulang dengan kalimat dan maknanya.
2.
Mendekatkan diri pada Allah dengan melaksanakan shalat-shalat sunah sesudah
menjalankan shalat fardu. Orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan
perkara-perkara sunah mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang akan membuatnya
mendapat kedudukan lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang-orang yang hanya
melakukan perkara-perkara fardu.
3.
Membiasakan diri untuk berzikir setiap saat, baik dengan lisan, hati, atau
perbuatan. Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Aku akan
senantiasa bersama seorang hamba yang selalu mengingat-Ku dan menggerakkan
kedua bibirnya untuk mengucapkan nama-Ku’”
(Diriwayatkan
Ahmad dan Ibnu Majah, dan disahihkan oleh Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud
(1753) (1/374))
4.
Mendahulukan cinta pada Allah daripada cinta terhadap hawa nafsu. Berusaha
menggapai Cinta-Nya meski jalan yang ditempuh amat sulit, yaitu dengan cara
melawan hawa nafsu, menentang keinginan manusia yang menyesatkan, dan memerangi
syetan sehingga jauh dari segala bentuk kesyirikan.
5.
Senantiasa merasakan kehadiran Allah dengan menghayati asma dan sifat-sifat
Allah. Ibnul Qayyim berkata, “ Seseorang tidak bisa dikatakan makrifat kecuali
jika ia benar-benar sudah mengenal Allah dan mengenal cara untuk mencintai-Nya,
termasuk rintangan dan penghalangnya. Selain itu, untuk bisa dikatakan sebagai
orang yang makrifat, ia juga harus mengetahui keadaan Allah. Jadi, orang yang
makrifat (arif) adalah orang yang sudah mengenal Allah, termasuk asma-asma-Nya,
sifat-sifat-Nya, maupun kehendak-Nya. Kemudian perilakunya juga sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Allah, ikhlas dalam niat tujuan, menjauhi akhlak yang
tercela, membersihkan diri dari sifar-sifat kotor, dan sabar akan ketetapan
Allah baik itu berupa kenikmatan maupun cobaan. Selain itu, ia juga harus
selalu berdoa agar dikaruniai pemahaman tentang Islam dan ayat-ayat-Nya, hanya
berdakwah sebagaimana yang diajarkan para Rasul dan tidak mencampuradukkan
semuanya dengan pendapat-pendapat orang, standar mereka, dan akal mereka.”
(Madarij as-Shalihin, Jilid 3, hal 337-338)
6.
Merasakan kebaikan dan kenikmatan yang dikaruniakan Allah, baik yang tampak
maupun yang tidak. Sesungguhnya, hal itu bisa menimbulkan perasaan cinta
teradap-Nya.
7.
Menyerahkan hati sepenuhnya pada Allah. Artinya merendahkan diri, khusyuk,
patuh, fakir, dan menjaga etika di hadapan Allah.
8.
Bermunajat dan menyendiri di tengah malam dengan beribadah. Orang yang
beribadah di malam hari, termasuk membaca Al-Qur’an, mengerjakan shalat
tahajud, berzikir, membaca Asma Allah dengan khusyuk, dan merasakan kenikmatan
dan kebaikan Allah yang diberikan kepada seluruh makhluk-Nya, adalah golongan
orang-orang yang mencintai Allah. Bahkan, bisa dikatakan bahwa kualitas
pribadinya lebih utama.
9.
Bergaul dengan orang-orang yang benar-benar mencintai Allah, memetik pelajaran
berharga dari mereka, dan tidak berbicara kecuali jika merasa yakin bahwa apa
yang diucapkan itu membawa maslahat dan bermanfaat baginya dan orang-orang
disekitarnya.
10.
Menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa menghalangi hati untuk mengingat
Allah, yaitu mengindari segala perkara Syubhat, tidak menuruti hawa nafsu, dan
meredam segala bentuk amarah dan kemarahan.
(Disimpulkan
dari buku "10 Sebab Dicintai Allah, karangan Abdulaziz Mustafa")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar