Rabu, 29 Februari 2012

Perang YARMUK

Perang Yarmuk – Takluknya Kerajaan Romawi dibawah Pasukan Islam

Dalam sejarah perjuangan kaum muslimin menegakkan dan membela al haq (kebenaran), berjihad di jalan Allah, kita akan dapat menemukan kisah teladan mengenai itsar, sejarah yang begitu indah untuk dipelajari, merupakan suatu kenikmatan tersendiri jika diamalkan.
Ketika terjadi perang Yarmuk, perang yang terjadi antara kaum muslimin melawan pasukan Romawi (Bizantium), negara super power saat itu, tahun 13 H/ 634 M.
Pasukan Romawi dengan peralatan perang yang lengkap dan memiliki tentara yang sangat banyak jumlahnya dibandingkan pasukan kaum muslimin. Pasukan Romawi berjumlah sekitar 240.000 orang dan pasukan kaum muslimin berjumlah 45.000 orang menurut sumber islam atau 100.000–400.000 untuk pasukan romawi dan 24.000-40.000 pasukan muslim menurut sumber wikipedia
Dalam perang Yarmuk, pasukan Romawi memiliki tentara yang banyak, pengalaman perang yang mumpuni, peralatan perang yang lengkap, logistik lebih dari cukup, dapat dikalahkan oleh pasukan kaum muslimin, dengan izin Allah.
Ini adalah bukti yang nyata bahwa sesungguhnya kemenangan itu bersumber dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan, dipertimbangkan sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, karena dia menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen.
Pengangkatan Khalid bin Walid
Entah apa yang ada di benak Khalid bin Walid ketika Abu Bakar menunjuknya menjadi panglima pasukan sebanyak 46.000. Hanya ia dan Allah saja yang tahu kiranya. Khalid tak hentinya beristigfar. Ia sama sekali tidak gentar dengan peperangan yang akan ia hadapi. 240.000 tentara Bizantin. Ia hanya khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya karena pengangkatan itu. Kaum muslimin tengah bersiap menyongsong Perang Yarmuk sebagai penegakan izzah Islam berikutnya.
Hampir semua tentara muslim gembira dengan penunjukkan itu. Selama ini memang Khalid bin Walid adalah seorang pemimpin di lapangan yang tepat. Abu Bakar pun tidk begitu saja menunjuk pejuang yang berjuluk Pedang Allah itu. Sejak kecil, Khalid dikenal sebagai seorang yang keras. Padahal ia dibesarkan dari sebuah keluarga yang kaya. Sejak usia dini, ia menceburkan dirinya ke dalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang. Konon, hanya Khalid bin Walid seorang yang pernah memorak-porandakan pasukan kaum muslimin, semasa ia masih belum memeluk Islam.
Strategi Perang Kaum Muslimin
Khalid bin Walid sekarang memutar otak. Bingung bukan buatan. Tentara Bizantin Romawi berkali-kali lipat banyaknya dengan jumlah pasukan kaum muslimin. Ditambah, pasukan Islam yang dipimpinya tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan perang Romawi yang bersenjatakan lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Dan mereka akan berhadapan di dataran Yarmuk. Tentara Romawi yan hebat itu berkekuatan lebih dari 3 lakh serdadu bersenjata lengkap, diantaranya 80.000 orang diikat dengan rantai untuk mencegah kemungkinan mundurnya mereka. Tentara Muslim seluruhnya berjumlah 45.000 orang itu, sesuai dengan strategi Khalid, dipecah menjadi 40 kontingen untuk memberi kesan seolah-olah mereka lebih besar daripada musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang digunakan oleh Romawi terutama di Arab Utara dan selatan ialah dengan membagi tentaranya menjadi lima bagian, depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraclus sebagai ketua tentara Romawi telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari peperangan. Romawi juga menggunakan taktik dan strategi tetsudo (kura-kura). Jenis tentara Rom dikenal sebagai ‘legions’, yang satu bagiannya terdapat 3000-6000 laskar berjalan kaki dan 100-200 laskar berkuda. Ditambah dengan dan ‘tentara bergajah’. Kegigihan Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat hampir semua orang tercengang. Pasukan muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Jalannya Peperangan
Panglima Romawi, Gregorius Theodore -orang-orang Arab menyebutnya “Jirri Tudur”– ingin menghindari jatuhnya banyak korban. Ia menantang Khalid untuk berduel. Dalam pertempuran dua orang itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia ganti mengambil pedang besar. Ketika berancang-ancang perang lagi, Gregorius bertanya pada Khalid tentang motivasinya berperang serta tentang Islam.
Mendengar jawaban Khalid, di hadapan ratusan ribu pasukan Romawi dan Muslim, Gregorius menyatakan diri masuk Islam. Ia lalu belajar Islam sekilas, sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu bertempur di samping Khalid. Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri. Namun pasukan Islam mencatat kemenangan besar di Yarmuk, meskipun sejumlah sahabat meninggal di sana. Di antaranya adalah Juwariah, putri Abu Sofyan.
Pada perang Yarmuk, Az-Zubair bertarung dengan pasukan Romawi, namun pada saat tentara muslim bercerai berai, beliau berteriak : “Allahu Akbar” kemudian beliau menerobos ke tengah pasukan musuh sambil mengibaskan pedangnya ke kiri dan ke kanan, anaknya Urwah pernah berkata tentangnya : “Az-Zubair memiliki tiga kali pukulan dengan pedangnya, saya pernah memasukkan jari saya didalamnya, dua diantaranya saat perang badar, dan satunya lagi saat perang Yarmuk.
Salah seorang sahabatnya pernah bercerita : “Saya pernah bersama Az-Zubair bin Al-’Awwam dalam hidupnya dan saya melihat dalam tubuhnya ada sesuatu, saya berkata kepadanya : demi Allah saya tidak pernah melihat badan seorangpun seperti tubuhmu, dia berkata kepada saya : demi Allah tidak ada luka dalam tubuh ini kecuali ikut berperang bersama Rasulullah saw dan dijalan Allah. Dan diceritakan tentangnya : sesungguhnya tidak ada gubernur/pemimpin, penjaga dan keluar sesuatu apapun kecuali dalam mengikuti perang bersama Nabi saw, atau Abu Bakar, Umar atau Utsman.
Hari ke-4, Hari Hilangnya Mata
Peristiwa ini terjadi pada hari keempat perang Yarmuk, dimana dari sumber ini dikabarkan 700 orang dari pasukan Muslim kehilangan matanya karena hujan panah dari tentara Romawi. Dan hari itu merupakan hari peperangan terburuk bagi pasukan Muslimin.
Hari ke-6, Terbunuhnya Gregory, Komandan Pasukan Romawi
Hari keenam dari perang Yarmuk fajar benderang dan jernih. Itu adalah minggu ke empat Agustus 636 (minggu ketiga Rajab, 15 H). Kesunyian pagi hari tidak menunjukkan pertanda akan bencana yang akan terjadi berikutnya. Pasukan muslim saat itu merasa lebih segar, dan mengetahui niat komandan mereka untuk menyerang dan sesuatu di dalam rencananya, tak sabar untuk segera berperang. Harapan-harapan pada hari itu menenggelamkan semua kenangan buruk pada ’Hari Hilangnya Mata’. Di hadapan mereka berbaris pasukan Romawi yang gelisah – tidak terlalu berharap namun tetap berkeinginan untuk melawan dalam diri mereka.
Seiring dengan naiknya matahari di langit yang masih samar di Jabalud Druz, Gregory, komandan pasukan yang dirantai, mengendarai kudanya maju ke depan di tengah-tengah pasukan Romawi. Dia datang dengan misi untuk membunuh komandan pasukan Muslimin dengan harapan hal itu akan memberikan efek menyurutkan semangat pimpinan kesatuan dan barisan kaum Muslimin. Ketika ia mendekati ke tengah-tengah pasukan Muslimin, dia berteriak menantang (untuk berduel) dan berkata, ”Tidak seorang pun kecuali Komandan bangsa Arab!
Abu Ubaidah seketika bersiap-siap untuk menghadapinya. Khalid dan yang lainnya mencoba untuk menahannya, karena Gregory memiliki reputasi sebagai lawan tanding sangat kuat, dan meang terlihat seperti itu. Semuanya merasa bahwa akan lebih baik apabila Khalid yang keluar menjawab tantangan itu, namum Abu Ubaidah tidak bergeming. Ia berkata kepada Khalid, ”Jika aku tidak kembali, engkau harus memimpin pasukan, sampai Khalifah memutuskan perkaranya.”
Kedua komandan berhadap-hadapan di atas punggung kudanya masing-masing, mengeluarkan pedangnya dan mulai berduel. Keduanya adalah pemain pedang yang tangguh dan memberikan penonton pertunjukkan yang mendebarkan dari permainan pedang dengan tebasan, tangkisan dan tikaman. Pasukan Romawi dan Muslim menahan nafas. Kemudian setelah berperang beberapa menit, Gregory mundur dari lawannya, membalikkan kudanya dan mulai menderapkan kudanya. Teriakan kegembiraan terdengar dari pasukan Muslimin atas apa yang terlihat sebagai kekalahan sang prajurit Romawi, namun tidak ada reaksi serupa dari Abu Ubaidah. Dengan mata yang tetap tertuju pada prajurit Romawi yang mundur itu, ia menghela kudanya maju mengikutinya.
Gregory belum beranjak beberapa ratus langkah ketika Abu Ubaidah menyusulnya. Gregory, yang sengaja mengatur langkah kudanya agar Abu Ubaidah menyusulnya, berbalik dengan cepat dan mengangkat pedangnya untuk menyerang Abu Ubaidah. Kemundurannya dari medan pertempuran adalah tipuan untuk membuat lawannya lengah. Namun Abu Ubaidah bukanlah orang baru, dia lebih tahu mengenai permainan pedang dari yang pernah dipelajari Gregory. Orang Romawi itu mengangkat pedangnya, namun hanya sejauh itu yang dapat dilakukannya. Ia ditebas tepat pada batang lehernya oleh Abu Ubaidah, dan pedangnya jatuh dari tangannya ketika dia rubuh ke tanah. Untuk beberapa saat Abu Ubaidah duduk diam di atas kudanya, takjub pada tubuh besar jendral Romawi tersebut. Kemudian demgan meninggalkan perisai dan senjata yang berhiaskan permata orang Romawi itu, yang diabaikannya karena kebiasaannya tidak memandang berharga harta dunia, prajurit yang shalih itu kemudian kembali kepada pasukan Muslimin.
Kepahlawanan Asma binti Yazid bin As-Sakan
Keinginannya untuk terjun ke medan jihad baru terwujud setelah Rasul saw wafat, yaitu ketika terjadi perang Yarmuk pada tahun ke-13 Hijriyyah. Dalam perang besar (Yarmuk) itu Asma binti Yazid bersama kaum mukminah lainnya berada di barisan belakang laki-laki. Semuanya berusaha mengerahkan segenap kekuatannya untuk mensuplai persenjataan pasukan laki-laki. Memberi minum kepada mereka, mengurus mereka yang terluka, dan mengobarkan semangat jihad mereka.  Ketika peperangan berkecamuk dengan begitu serunya, ia  berjuang sekuat tenaganya. Akan tetapi, dia tidak menemukan senjata apapun, selain tiang penyangga tendanya. Dengan bersenjatakan tiang itulah, dia menyusup ke tengah-tengah medan tempur dan menyerang musuh yang ada di kanan dan kirinya, sampai akhirnya dia berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi.
Dalam bagian lain beliau berkata: “Para wanita menghadang mujahidin yang lari dari berkecamuknya perang dan memukul mereka dengan kayu dan melempari mereka dengan batu.” Adapun Khaulah binti Tsa`labah berkata: “Wahai kalian yang lari dari wanita yang bertakwa .Tidak akan kalian lihat tawanan.Tidak pula perlindungan.Tidak juga keridhaan”
Beliau juga berkata dalam bagian lain: “Pada hari itu kaum muslimah berperang dan berhasil membunuh banyak tentara Romawi, akan tetapi mereka memukul kaum muslimin yang lari dari kancah peperangan hingga mereka kembali untuk berperang”.
Hal ini sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar,
”Dia adalah asma binti Yazid bin As-Sakan yang ikut terjun dalam perang Yarmuk. Pada hari itu dia berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi dengan menggunakan tiang tendanya. Setelah perang Yarmuk ia masih hidup dalam waktu yang cukup lama.  Asma keluar dari medan pertempuran dengan luka parah sebagaimana juga banyak dialami pasukan kaum muslimin. Akan tetapi, Allah berkehendak ia tetap hidup dalam waktu yang cukup lama.  Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Asma binti Yazidd bin As-Sakan dan memuliakan tempatnya di sisi-Nya atas berbagai Hadits yang diriwayatkannya dan atas segala pengorbanannya.
Akan tetapi manakala berkecamuknya perang, manakala suasana panas membara dan mata menjadi merah, ketika itu Asma` lupa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Beliau hanya ingat bahwa dirinya adalah muslimah, mukminah dan mampu berjihad dengan mencurahkan dengan segenap kemampuan dan kesungguhannya. Hanya beliau tidak mendapatkan apa-apa yang di depannya melainkan sebatang tiang kemah, maka beliau membawanya dan berbaur dengan barisan kaum muslimin. Beliau memukul musuh-musuh Allah ke kanan ke kiri hingga dapat membunuh sembilan orang tentara Romawi, sebagaimana yang dikisahkan oleh Imam Ibnu Hajar tentang beliau: “Dialah Asma` binti Yazid bin Sakan yang menyertai perang Yarmuk, ketika itu beliau membunuh sembilan tentara Romawi dengan tiang kemah, kemudian beliau masih hidup selama beberapa tahun setelah peperangan tersebut.
Asma` keluar dari peperangan dengan membawa luka di punggungnya dan Allah menghendaki beliau masih hidup setelah itu selama 17 tahun karena beliau wafat pada akhir tahun 30 Hijriyah setelah menyuguhkan kebaikan kepada umat.
Dia telah berbuat sesuatu agar dijadikannya contoh bagi wanita muslimah lainnya, yaitu kerelaan dan tekadnya yang kuat untuk membela dan mempertahankan agama Allah dan mengangkat panji Islam sampai agama Allah tegak di muka bumi.
Kisah Rela Berkorban untuk Saudara Seiman
Setelah perang selesai dan dimenangkan oleh pasukan kaum muslimin, di medan Yarmuk tergeletak beberapa pejuang Islam, sahabat Rasulullah saw dengan badan penuh luka. Mereka adalah Ikrimah bin Abi Jahal, disekujur tubuhnya tidak kurang ada 70 luka, Al Harits bin Hisyam (paman Ikrimah) dan Ayyasy bin Abi Rabi’ah, dalam riwayat lain Suhail bin ‘Amru.
Saat ketiganya sedang letih, lemah, dan kehausan serta dalam keadaan kritis, datanglah seorang yang mau memberikan air kepada salah seorang diantara mereka yang sedang kepayahan.
Ketika air akan diberikan kepada Al Harits dan hendak diminumnya, dia melihat Ikrimah yang sedang kehausan dan sangat membutuhkan, maka dia berkata, “Bawa air ini kepadanya !”.
Air beralih ke Ikrimah putra Abu Jahal, ketika dia hendak meneguknya, dilihatnya Ayyasy menatapnya dengan pandangan ingin minum, maka dia berkata, “Berikan ini kepadanya !”.
Air beralih lagi kepada Ayyasy, belum sempat air diminum, dia sudah keburu syahid. Maka orang yang membawa air bergegas kembali kepada kedua orang yang membutuhkan air minum, akan tetapi ketika ditemui keduanya juga sudah syahid.
Dalam riwayat yang lain pula ditambahkan: “Sebenarnya Ikrimah bermaksud untuk meminum air tersebut, akan tetapi pada waktu ia akan meminumnya, ia melihat ke arah Suhail dan Suhail pun melihat ke arahnya pula, maka Ikrimah berkata: “Berikanlah saja air minum ini kepadanya, barangkali ia lebih memerlukannya daripadaku.” Suhail pula melihat kepada Haris, begitu juga Haris melihat kepadanya. Akhirnya Suhail berkata: “Berikanlah air minum ini kepada siapa saja, barangkali sahabat-sahabatku itu lebih memerlukannya daripadaku.” Begitulah keadaan mereka, sehingga air tersebut tidak seorangpun di antara mereka yang dapat meminumnya, sehingga mati syahid semuanya. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka bertiga.
Gugurnya Ikrimah bin Abu Jahal
Yarmuk, salah satu daerah di negeri Syam menceritakan bagaimana singa-singa Allah Subhanahu wa Ta’ala menerkam musuh-musuh mereka. Kekuatan dan perlengkapan musuh yang begitu dahsyat, ternyata tidak meluluhkan tekad mereka; menang atau mati syahid.
Ketika ‘Ikrimah sudah bersiap menembus pasukan musuh, Khalid bin Al-Walid saudara sepupunya berkata: “Jangan lakukan. Kematianmu sangat merugikan kaum muslimin.” Kata ‘Ikrimah: “Biarlah, hai Khalid, karena kau telah pernah ikut bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apalagi ayahku sangat hebat memusuhi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
‘Ikrimah menerobos ke tengah-tengah pasukan musuh yang berjumlah puluhan ribu orang bersama beberapa ratus prajurit muslim lainnya.
Diceritakan, bahwa dia pernah berkata ketika perang Yarmuk: “Aku dahulu memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di setiap medan pertempuran. Hari ini, apakah aku akan lari dari kalian (yakni pasukan lawan, red.)?” Lalu dia berseru: “Siapa yang mau berbai’at untuk mati?” Maka berbai’atlah Al-Harits bin Hisyam, Dhirar bin Al-Azwar bersama empat ratus prajurit muslim lainnya.
Mereka pun maju menggempur musuh di depan kemah Khalid sampai satu demi satu mereka jatuh berguguran sebagai kembang syuhada.
Kata Az-Zuhri: “Waktu itu, ‘Ikrimah adalah orang yang paling hebat ujiannya. Luka sudah memenuhi wajah dan dadanya sampai ada yang mengatakan kepadanya: ‘Bertakwalah engkau kepada Allah, kasihanilah dirimu’.”
Tapi ‘Ikrimah menukas: “Dahulu aku berjihad dengan diriku demi Latta dan ‘Uzza, bahkan aku serahkan jiwaku untuk mereka. Lantas, sekarang, apakah harus aku biarkan jiwaku ini tetap utuh karena (membela) Allah dan Rasul-Nya? Tidak. Demi Allah, selamanya tidak.”
Maka, hal itu tidaklah menambahi apapun selain beliau semakin berani menyerang hingga gugur sebagai syahid. Pada waktu Ikrimah gugur, ternyata di tubuhnya terdapat lebih kurang tujuh puluh luka bekas tikaman pedang, tombak dan anak panah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai ‘Ikrimah.
Setelah Peperangan
Umar kemudian memecat Khalid, dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima Besar pengganti. Umar khawatir, umat Islam akan sangat mendewakan Khalid. Hal demikian bertentangan prinsip Islam. Khalid ikhlas menerima keputusan itu. “saya berjihad bukan karena Umar,” katanya. Ia terus membantu Abu Ubaidah di medan tempur. Kota Damaskus berhasil dikuasai. Dengan menggunakan “tangga manusia”, pasukan Khalid berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Heraklius dengan sedih terpaksa mundur ke Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah lima abad dikuasai Romawi.
Penguasa Yerusalem juga menyerah. Namun mereka hanya akan menyerahkan kota itu pada pemimpin tertinggi Islam. Maka Umar pun berangkat ke Yerusalem. Ia menolak dikawal pasukan. Jadilah pemandangan ganjil itu. Pemuka Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Pasukan Islam juga tampil mentereng. Setelah menaklukkan Syria, mereka kini hidup makmur.Lalu Umar dengan bajunya yang sangat sederhana datang menunggang unta merah. Ia hanya disertai seorang pembantu. Mereka membawa sendiri kantung makanan serta air.
Kesederhanaan Umar itu mengundang simpati orang-orang non Muslim. Apalagi kaum GerejaSyria dan Gereja Kopti-Mesir memang mengharap kedatangan Islam. Semasa kekuasaan Romawi mereka tertindas, karena yang diakui kerajaan hanya Gereja Yunani. Ketika ditawari bersembahyang di gereja Kebaktian, Umar menolaknya dengan mengatakan: “Kalau saya berbuat demikian, kaum Muslimin di masa depan akan melanggar perjanjian ini dengan alasan mengikuti contoh saya.” Syarat-syarat perdamaian yang adil ditawarkan kepada orang Kristen. Sedangkan kepada orang-orang Yahudi, yang membantu orang Muslimin, hak milik mereka dikembalikan tanpa harus membayar pajak apa pun.
Maka, Islam segera menyebar dengan cepat ke arah Memphis (Kairo), Iskandaria hingga Tripoli, di bawah komandoAmr bin Ash dan Zubair, menantu Abu Bakar.
Read more »

Sabtu, 25 Februari 2012

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz


Biodata Syaikh Abdul Aziz bin Baz 
Beliau adalah Syaikhul Islam, Samahatusy Syaikh Abu Abdillah Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah Alu Baz. Lahir pada 12 Dzulhijjah tahun 1330 H di kota Riyadh. Pada mulanya beliau adalah orang yang dapat melihat, kemudian terkena musibah sakit pada kedua matanya pada tahun 1346 H saat berusia 16 tahun. Pandangannya menjadi lemah dan akhirnya beliau buta pada tahun 1350 H, ketika berusia 20 tahun.

Kegiatan Menuntut Ilmu
Beliau telah menghafal al-Qur’anul Karim sebelum usia baligh. Kemudian bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu kepada para ulama di Riyadh. Ketika sudah tampak di dalam ilmu syar’i dan bahasa, beliau ditugasi untuk menjadi qadhi tahun 1357 H, dan beliau tiada berhenti dari menuntut ilmu, di mana beliau selalu melazimkan penelitian dan pengajaran, malam dan siang. Beliau tidak disibukkan oleh jabatan-jabatan dari hal itu sehingga bertambahlah ilmu dan pendalaman dalam kebanyak­an ilmunya. Beliau menaruh perhatian khusus di bidang hadits dan ilmunya sehingga penghukuman beliau terhadap hadits shahih dan dha’if bisa diambil sebagai pelajaran. Ini merupakan sebuah tingkatan yang sedikit sekali dapat dicapai oleh seseo­rang, khususnya pada zaman sekarang ini. Hal itu tampak di da­lam tulisan-tulisannya dan fatwanya di mana beliau memilih pendapat-pendapat yang ditopang oleh dalil.

Sifat-Sifatnya
Beliau berperawakan sedang, berwajah bulat telur, berkulit kecokelatan, berhidung mancung, dan jenggotnya disemir de­ngan hinna’ (daun inai). Beliau dikenal memiliki sifat tawadhu’, tenang, lembut, berwibawa, dan sangat ramah kepada siapa pun. Beliau dikenal sangat sabar lagi dermawan. Beliau tidak membeda-bedakan si­apa pun dalam bergaul. Di meja makannya bertemulah anak ke­cil, orang tua, orang kaya, dan orang fakir. Beliau sangat banyak menolong dan membantu siapa saja yang membutuhkan bantu­an. Beliau dikenal sangat pemberani dalam membela kebenaran. Beliau suka memakai pakaian putih dan lebar. Pakaian bawahnya sampai separuh betisnya.

Guru-Guru dan Murid-Muridnya
Beliau menimba ilmu dari banyak ulama, di antara mereka yang paling menonjol ialah:
  1. Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Qadhi Riyadh.
  2. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
  3. Syaikh Sa’ad bin Hamd bin ‘Atiiq, Qadhi Riyadh.
  4. Syaikh Hamd bin Faris, Wakil baitul maal di Riyadh.
  5. Samahatusy Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Lathif Ali Syaikh, Mufti Kerajaan Arab Saudi. Sungguh beliau telah melazimi halaqahnya kira-kira sepuluh tahun, dan mengambil darinya seluruh ilmu syar’i mulai dari tahun 1347 s.d. 1357 H.
  6. Syaikh Sa’ad Waqqash al-Bukhari, seorang ulama Makkah al-Mukarramah. Beliau belajar tajwid darinya pada tahun 1355 H.

Semenjak menjabat sebagai Qadhi di kota Kharj tahun 1357 H beliau terus mengajar di halaqah-halaqah yang terjadwal. Halaqah beliau terus berjalan setiap hari dalam sepekan kecuali hari Selasa dan Jum’at.
Beliau mempunyai banyak murid yang meluangkan waktu­nya untuk terus belajar kepada beliau. Di antara mereka yang paling menonjol ialah:
  1. Syaikh Abdullah al-Kanhal
  2. Syaikh Rasyid bin Shalih al-Khanin
  3. Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Barrak
  4. Syaikh Abdul Lathif bin Syadid
  5. Syaikh Abdullah bin Hasan bin Qu’ud
  6. Syaikh Abdurrahman bin Jallal
  7. Syaikh Shalih bin Halil
  8. dan lain-lain.
Pada tahun 1372 H beliau pindah ke Riyadh untuk menga­jar di Ma’had Riyadh al-llmi. Kemudian beliau mengajar ilmu fiqih, hadits, dan tauhid di fakultas Syari’ah setelah didirikan pada tahun 1373 H, hingga beliau menjabat wakil rektor Univer­sitas Islam Madinah al-Munawwarah tahun 1381 H. Beliau telah membangun halaqah pengajaran di Jami’ al-Kabir di Riyadh se­jak berpindah ke sana. Halaqah ini terus berjalan meskipun pada tahun-tahun akhir terbatas pada sebagian hari saja dalam sepekan karena banyaknya pekerjaan. Banyak para penuntut ilmu yang bermulazamah dalam halaqah tersebut.

Di tengah keberadaannya di Madinah dari tahun 1381 H se­bagai Wakil Rektor Perguruan Tinggi itu, dan Rektor sejak ta­hun 1390 s.d. 1395 H, beliau mengadakan halaqah untuk menga­jar di Masjid Nabawi. Dan yang dapat dijadikan catatan bahwa jika beliau berpindah ke tempat selain tempat tinggalnya, maka terus berdiri halaqah di tempat baru yang beliau tinggali. Seperti di Thaif pada hari-hari musim panas. Dan Allah telah membe­ri manfaat dengan adanya halaqah-halaqah ini.

Tulisan dan Kitab-kitabnya
  1. Majmuu ‘u Fataawaa wa Maqaalaatun Mutanawwi ‘ah
  2. Al-Fawaaidul Jaliyyah fil Mabaahitsil Fardhiyyah
  3. At-Tahqiiq wal Iidhaah li Katsiirin min Masaailil Hajji wal ‘Umrah waz-Ziyaarah (Taudhiihul Manaasik)
  4. At-Tahdziir minal Bida’, mencakup empat pembahasan, yaitu: hukum perayaan maulid Nabi, perayaan Isra’ Mi’raj, malam nishfu Sya’ban, dan kedustaan mimpi khadim (pelayan) kamar Nabi صلي الله عليه وسلم yang bernama Syaikh Ahmad.
  5. Dua risalah ringkas tentang zakat dan puasa
  6. Al-’Aqiidatush-Shahiihah wa ma Yudhaadduhaa
  7. Wujuubul ‘Amal bi Sunnatir-Rasuuul wa Kufru man Ankarahaa
  8. Ad-Da’wah Hallah wa Akhlaqud-Du’aah
  9. Wujuubu Tahkiimi Syar’illaah wa Nabdzi ma Khaalafahu
  10. Hukmus-Sufuur wal Hijaab wa Nikaahisy-Syighaar
  11. Naqdul Qaumiyyatil ‘Arabiyyah
  12. Al-Jawaabul Mufiid fii Hukmit-Tashwiir
  13. Asy-Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhaab, Da’watuhu wa Siiratuhu
  14. Hukmul Islaam fii man Tha’anafil Qur’aan aufii Rasuulillah صلي الله عليه وسلم
  15. Haasyiyatun Mufiidah ‘alaa Fathil Baarii, sampai kepada “Kitabul Hajji”
  16. Risalatul Adillatin-Naqliyyah wal Hissiyyah ‘alaa Juryaanisy-Syamsi wa Sukuunil Ardhi wa Imkaanish-Shuuudi Hal Kawaakib
  17. Iqaamatul Baraahiin ‘alaa Hukmi man Istaghaatsa bi ghairillaah au Shaddaqal Kahanah wal ‘Arraafiin
  18. Al-Jihaadu fii Sabiilillaah
  19. Ad-Duruusul Muhimmah li ‘Aammatil Ummah
  20. Fataawaa Tata’allaqu bi Ahkaamil Hajji wal ‘Umrah waz-Ziyaa­rah
  21. Wujuubu Luzuumis-Sunnah wal Hadzru minal Bid’ah
  22. Tuhfatul Akhyaar bi Bayaani Jumlatin Naafi’atin mimma Wara-da fil Kitaabi was-Sunnatish-Shahiihah minal Ad’iyyati wal Adzkaar
  23. Tsalaatsu Rasaail fish-Shalaah:
dan lain-lain, khususnya yang belum dicetak.

Jabatan-jabatan yang Beliau Pegang
  1. Direktur Lembaga Riset, Fatwa, Dakwah, dan Bimbingan. Kemudian Mufti Umum KSA dan Ketua Lembaga Ulama-ulama Besar dan Urusan Riset dan Fatwa
  2. Direktur Lembaga Tetap untuk Riset dan Fatwa
  3. Ketua dan Anggota Dewan Utama Rabithah ‘Alam Islami
  4. Ketua Dewan Tinggi Internasional untuk Masjid
  5. Ketua Majma’ Fiqih Islami di Makkah al-Mukarramah bagi­an dari Rabithah ‘Alam Islami
  6. Anggota Majelis Tinggi Universitas Islam di Madinah al-Munawwarah
  7. Anggota Lembaga Tinggi Dakwah Islam
Dan kegiatan beliau tidak hanya terbatas pada apa yang te­lah disebutkan di atas. Akan tetapi, beliau selalu menyampaikan ceramah-ceramah dan menghadiri pertemuan-pertemuan ilmi­ah dan memberikan komentar (keterangan). Dan (beliau) mem­bangun majelis-majelis khusus dan umum yang beliau hadiri de­ngan membacakan kitab dan komentar (penjelasan) di samping beramar ma’ruf nahi munkar yang menjadi ciri tetap beliau.

Pengabdiannya Kepada Islam dan Kaum Muslimin
Pengabdian beliau kepada Islam dan kaum muslimin merambah dari negeri tempat beliau tinggal hingga ke seluruh penjuru negeri Islam. Banyak lembaga Islam di seluruh dunia yang menjadikan beliau sebagai pembina dan pemimpin. Belia juga sering menghadiri muktamar-muktamar para da’i dari dunia Islam. Demikian juga, beliau memiliki perhatian besar terhadap perjuangan kaum muslimin di negeri-negeri Islam, baik di Palestina, Eritrea, Filipina, Afghanistan, Cyprus, Bosnia, Chechnya, dan yang lainnya. Beliau banyak membantu mereka secara materiel dan moril.

Di antara pengabdian beliau yang begitu besar pengaruhnya ke seluruh penjuru dunia adalah pengabdian beliau kepada Jami’ah Islamiyyah (Universitas Islam) Madinah yang merupakan lembaga pendidikan yang diikuti oleh putra-putra kaum musIimin dari seratus negara atau lebih. Banyak di antara alumninya yang kemudian kembali ke negaranya masing-masing, mengem­ban tugas dakwah di negerinya.
Beliau banyak berjasa dalam menyebarkan kitab-kitab Is­lami. Darul Ifta’, lembaga yang beliau pimpin, banyak mencetak kitab-kitab dalam bidang aqidah, tafsir, hadits, dan fiqih untuk dibagi-bagikan, ke seluruh dunia.

Pujian Para Ulama dan Tokoh Kepadanya
1.   Syaikh Abdullah bin Sulaiman bin Mani’ berkata:
“Tidak diragukan lagi bahwa guru kami dan orang tua kami Syaikh Abdul Aziz adalah seorang imam dan mujaddid za­man ini. Beliau adalah imam dalam ilmu hadits dan rijalnya, imam dalam fiqih dan ketelitian pandangan, imam dalam dak­wah Hallah dengan lisannya, penanya, jiwanya, dan hartanya. Imam dalam kedermawanan jiwa dan tangan, serta imam dalam lapang dada, tawadhu’, qana’ah, dan taqwa.”
2.   Syaikh Abdurrazzaq Afifi berkata:
“Tulisan-tulisannya menunjukkan kejelasan makna, kemu­dahan ibarat, kebagusan pemilihan, bersamaan dengan kekuat­an argumen, yang kesemuanya itu menunjukkan atas nasihat, kejernihan jiwa, keluasan wawasan, kecerdasan, dan lancarnya pikiran.”
3. Abdurrahman al-’Asymawi (penyair) berkata:
Berita macam apakah yang telah disiarkan itu
Adakah kebenaran darinya ataukah itu hanya ejekan belaka
Mengapa berita itu diucapkan
Sampai ke gendang-gendang telinga
“Syaikh telah wafat” berita itu menjadi petir
yang menyambar hati-hati yang berada di dada
Atau ia hanyalah bagaikan luapan lahar gunung berapi
Yang menghampiri dan menjadi gelombang samudera
Aduhai aduhai saja saat itu kumatikan dering teleponku
Sebelum daku mendengar orang yang telah menyeruku dari mereka
Atau aku tutup saja setiap saluran telepon yang dapat menghubungiku
Agar aku dapat terbebas dari deringannya
“Syaikh telah wafat katamu?” Tidakkah kamu punya berita yang lain
yang dengannya hatiku dapat kembali ceria
Demi Rabbmu ungkapkanlah padaku apa saja
Selain berita itu, semoga itu dapat membebaskan hatiku darinya
Demi Rabbmu ungkapkanlah padaku apa saja
Namun ia justru berkata: Sungguh aneh keadaanmu wahai pemuda
Lupakah kamu bahwa kematian itu pasti datangnya?
Dan ia merupakan suratan adanya
Lupakah kamu Bahwa hanya Allah-lah semata
Yang ‘kan Abadi Sedangkan semua ciptaan-Nya pasti ‘kan binasa
4. Dr. Sayyid Thanthawi (Syaikh al-Azhar) berkata:
“Saya telah mengetahui dengan sebenar-benarnya tentangyang mulia Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz رحمه الله semoga rahmat Allah atasnya dan menjadikan baik peninggalannya. Saya melihat pada dirinya ada akhlak yang teramat lurus, dan adab yang tinggi. Lisannya tidak pernah mengucapkan ucapan yang buruk. Bila hendak mengkritik seseorang, ia selalu meng­gunakan ucapan baik dan selalu mendasarinya atas keikhlasan untuk mencari wajah Allah semata. Ia juga selalu berjalan di atas hukum-hukum al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang suci, dan ia belum pernah melenceng dari keduanya.”
5. Syaikh Muhammad Zuhal (Maroko) berkata:
“Cukuplah kiranya menggambarkan kebesarannya, ialah dengan penerimaan manusia atas keputusannya bila terjadi per­selisihan lalu dibawakan fatwa dari Syaikh, pastilah mereka akan merasa puas dengannya. Sebagaimana di dalam istilah orang Arab:
قطعت جاهزة خطيبـي
(Putusannya membungkam perkataan yang lainnya)
Sebagai contoh begitu besarnya pengaruh serta kedudukannya di Maroko ini, dari dahulu tidak pernah dikenal tentang berse­dekap setelah bangkit dari ruku’ kecuali dari yang telah ditulis­nya dalam salah satu risalahnya yang telah lama sampai di Ma­roko ini. Walaupun demikian, mereka langsung saja mengamal­kannya, bahkan mereka bersikap fanatik sekali terhadap penda­pat Syaikh tersebut, meskipun itu sebuah masalah ijtihadiyyah saja yang masih diperselisihkan oleh para ulama. Sehingga hal itu menjadi bukti bahwa pendapat Syaikh begitu dihormati dan memiliki tempat tersendiri di Maroko ini.”
6. Dr. Nashr Farid Waashil (Mufti Mesir) berkata:
“Beliau رحمه الله termasuk dari orang-orang yang ikhlas dan tu­lus dalam agamanya, dan termasuk seorang yang telah mengor­bankan seluruh hidupnya untuk berjuang di dalam mendakwah­kan Islam, dan juga seorang yang memiliki sifat rendah hati yang teramat besar pada setiap sisi kehidupannya. Beliau juga memiliki sebuah madrasah yang telah dibinanya, serta mengha­silkan banyak sekali ulama di setiap tempat di permukaan bumi ini. Kemudian merekalah yang menyambung dakwahnya di tempat masing-masing. Beliau juga termasuk orang yang dike­nal berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya صلي الله عليه وسلم
Ia juga seorang yang sangat rendah hati sepanjang hidup nya, layaknya sifat para ulama. Beberapa kali kami telah bersa manya, jelaslah bagi kami bahwa beliau merupakan contoh yang baik bagi seluruh kaum muslimin, khususnya di dalam ber pegang teguh kepada aqidah Islam yang shahih, dan pokok-pokok ajaran tersebut. Yakni aqidah Islam yang penuh dengan kemudahan.
Beliau telah berjuang sebenar-benarnya sampai kematian menjemputnya. Maka kita berdo’a memohon kepada Allah سبحانه و تعالي agar berkenan memberikan kepadanya balasan yang baik alas segala yang telah ia persembahkan kepada Islam dan kaum muslimin. Selama hayatnya yang begitu panjang dan penuh ber kah ini—insya Allah—sebagai jalan untuk menyebarkan dakwah Islam ke segala penjuru dunia ini.”
7. Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman al-Asyqar (Yordania) berkata:
“Sungguh engkau adalah milik seluruh kaum muslimin, dan tidak hanya milik penduduk negeri tertentu, atau golongan tertentu saja di dunia Islam ini. Dan engkau telah menjadi sau­dara, dan bapak yang memberikan petunjuk dan pengarahan. Saat ini kami memohon kepada Rabb Yang Maha Agung, Sang pemilik Arsy yang agung, agar mewafatkan beliau dengan rah-mat-Nya, dan memasukkan engkau ke dalam surga-Nya yang teramat luas, serta memasukkan engkau ke dalam rombongan­nya para nabi, orang-orang shalih, dan para syuhada, dan orang-orang yang shalih. Sungguh peninggalan-peninggalanmu akan selalu mengabadi dan diamkan setiap hari sampai hari ini di setiap tempat. Alhamdulillahi Rabbil ‘’alamin … kami memohon kepada Allah سبحانه و تعالي agar menjadikan apa yang ada pada-Nya semua­nya, adalah kebaikan untukmu, dan lebih baik dari apa yang te­lah engkau dapati di dalam kehidupan ini, dan mudah-mudahan engkau berpindah dari kehidupan dunia yang teramat melelah­kan ini kepada kehidupan yang dipenuhi dengan rahmat-Nya yang luas serta Maha Pemurah …. insya Allah. Segala puji bagi Rabb semesta alam.”
8.   Dr. Fuad Mukhaimir (Mesir) berkata:
“Tidak berlebihan kiranya, bila kita katakan ia seorang imam pada masanya ini, itu didasarkan pada usaha beliau men­didik para ulama, dan mendidik para para da’i. Dan juga usaha­nya untuk menyebarkan Islam ke segala penjuru dunia, yang mereka para murid-muridnya telah menyumbangkan yang baik dan penuh berkah ini, yang telah ia bimbing dan arahkan mereka dengan dasar al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah صلي الله عليه وسلم
9.   Dr. Ahmad al-Batili (murid Syaikh Bin Baz) berkata:
“Ia telah menyumbang kepada 1500 orang da’i di dunia ini, dari usahanya sendiri رحمه الله  yang biasa ia kumpulkan dari para dermawan. Dan ini merupakan perjuangannya di jalan Allah, padahal ia belum pernah safar ke luar negeri sekali pun. Akan tetapi, perhatiannya terhadap dakwah amatlah besar, khusus­nya ketika menjabat Wakil Rektor di Universitas Islam Madinah, tempat ia mendidik para da’i dan mengajar para penuntut ilmu. Tatkala ia telah dipindahkan untuk menduduki jabatan ketua umum mufti Kerajaan Arab Saudi, ia juga membuka lembaga dakwah di luar negeri. Ia juga seringkah menghubungi para da’i, mengarahkan, memberikan perhatian kepada mereka, serta me­ngontrol mereka.”
10. Syaikh Muhammad Yatamari (Mali, Afrika) berkata:
“Pengaruh Syaikh yang mulia رحمه الله begitu besar di tengah masyarakat Mali. Hal itu sangat terlihat dari pengaruh dari kitab-kitab karyanya serta fatwa-fatwanya yang telah beredar di tengah-tengah mereka. Dan juga terlihat dari pergerakan murid-muridnya yang berasal dari Mali. Dan hal-hal yang berkenaan dengan pengaruhnya tersebut di tengah-tengah masyarakat Mali ini dari kitab-kitab karyanya serta fatwa-fatwanya. Terus terang saya katakan bahwa kitab-kitab karyanya serta fatwa-fatwanya telah menjadi rujukan yang utama sekali di masjid masjid yang berada di Republik Mali ini, dan semua itu berdasarkan karunia yang telah Allah berikan kepadanya. Kemudian juga berdasarkan keilmuan, ketinggian akhlak, serta sifat-sifat baiknya yang sangat menonjol, dari dirinya yang mulia itu, se­hingga hal ini menjadi dasar yang membuat kebanyakan manu­sia dapat menerima kitab-kitab serta fatwa-fatwanya.
Pengaruh Syaikh yang mulia—semoga dirahmati Allah—, tidak hanya terbatas di negeri Mali ini saja, bahkan pengaruh tersebut juga sangat dirasakan di beberapa negara tetangga yang sama-sama terletak di bagian Barat Afrika, seperti yang terjadi di Nigeria, Pantai Gading, dan Burkina Faso. Hal itu se­mua terwujud berkat karunia Allah, kemudian juga berkat usa­ha murid-muridnya yang telah menyelesaikan studinya di Arab Saudi, dan di mana mereka telah mendapatkan kesempatan un­tuk belajar dari Syaikh. Setelah mereka pulang dari sana, mere­ka disibukkan dengan dakwah di sini sebagai rasa tanggung ja­wab atas tugas yang mereka emban.”

Wafatnya
Dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz meninggal dunia di kota Riyadh, menjelang fajar pada hari Kamis, tanggal 27 Muharram 1420 H, bertepatan dengan 13 Mei 1999 M, dan dimakamkan di Makkah. Semoga Allah memberi manfaat kepada kita dengan ilmu dan fiqihnya untuk menambah ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.
Read more »

SIAPAKAH ANDA ?


Siapakah orang yang sibuk?
Orang yang sibuk adalah orang yang suka menyepelekan waktu solatnya seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman a.s

Siapakah orang yang manis senyumannya?
Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang ditimpa musibah lalu dia berkata “Inna lillahi wainna illaihi rajiuun.” Lalu sambil berkata,”Ya Rabb, Aku redha dengan ketentuanMu ini”, sambil mengukir senyuman.

Siapakah orang yang kaya?
Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak lupa akan kenikmatan dunia yang sementara ini.

Siapakah orang yang miskin?
Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan nikmat yang ada selalu menumpuk-numpukkan harta.

Siapakah orang yang rugi?
Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikan.

Siapakah orang yang paling cantik?
Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.

Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas?
Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati membawa amal-amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan sejauh mata memandang.

Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit?
Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikkan lalu kuburnya menghimpitnya.

Siapakah orang yang mempunyai akal?
Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak karena telah menggunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa neraka.

Siapakah org yg PELIT ?
Orang yg pelit ialah org yg membiarkan tulisan ini begitu saja, malah dia tidak akan menyampaikan kepada org lain.
Read more »

Berkata Yang Baik atau Diam


Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Hak Alloh Dan Hak Hamba
Pada hadits di atas menunjukkan ada 2 hak yang harus ditunaikan, yaitu hak Alloh dan hak hamba. Penunaian hak Alloh porosnya ada pada senantiasa merasa diawasi oleh Alloh. Di antara hak Alloh yang paling berat untuk ditunaikan adalah penjagaan lisan. Adapun penunaian hak hamba, yaitu dengan memuliakan orang lain.

Menjaga Lisan
Menjaga lisan bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan berkata baik atau kalau tidak mampu maka diam. Dengan demikian diam kedudukannya lebih rendah dari pada berkata baik, namun masih lebih baik dibandingkan dengan berkata yang tidak baik.
Berkata baik terkait dengan 3 hal, seperti tersebut dalam surat An-Nisa’: 114, yaitu perintah bershadaqoh, perintah kepada yang makruf atau berkata yang membawa perbaikan pada manusia. Perkataan yang di luar ketiga hal tersebut bukan termasuk kebaikan, namun hanya sesuatu yang mubah atau bahkan suatu kejelekan. Pada menjaga lisan ada isyarat menjaga seluruh anggota badan yang lain, karena menjaga lisan adalah yang paling berat.

Memuliakan Orang Lain
Memuliakan berarti melakukan tindakan yang terpuji yang bisa mendatangkan kemuliaan bagi pelakunya. Dengan demikian memuliakan orang lain adalah melakukan tindakan yang terpuji terkait dengan tuntutan orang lain.

Batasan Tetangga Dan Tamu
Tetangga menurut syariat adalah sesuai dengan pengertian adat, artinya kapan secara adat dinilai sebagai tetangga maka dinilai sebagai tetangga juga oleh syariat. Kaidah menyatakan semua istilah yang ada dalam syariat dan tidak ada batasannya secara syariat dan bahasa maka pengertiannya dikembalikan kepada adat.
Batasan tamu yang wajib diterima dan dilayani adalah jika dia tidak memiliki kemampuan untuk mencari tempat untuk tinggal atau untuk makan. Jika mampu maka hukumnya sunnah. Adapun batasan lamanya adalah 1 hari 1 malam, sempurnanya 3 hari 3 malam.
Sumber: Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh 
Read more »

Larangan Berzina, Membunuh dan Murtad


Dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim) dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hakikat Seorang MuslimSeorang muslim yang sesungguhnya adalah yang bersyahadatain dan menunaikan tauhid serta melaksanakan konsekuensinya. Adapun yang sekedar mengaku muslim dengan mengucapkan syahadatain namun melakukan syirik akbar atau bidáh mukafirah maka hakikatnya bukan seorang muslim. Seorang muslim tidak boleh ditumpahkan darahnya kecuali dengan alasan yang syar’i seperti tersebut dalam hadits.
Muslim Yang Halal Darahnya
Ada tiga sebab seorang muslim boleh ditumpahkan darahnya yaitu:
  1. Zina ba’da ihshonin, yaitu jika seorang muslim yang sudah pernah menikah secara syari kemudian berzina maka dengan sebab itu halal darahnya, dengan cara dirajam.
  2. Qishosh, yaitu jika seorang muslim membunuh muslim yang lain dengan sengaja maka dengan sebab itu halal darahnya dengan cara di-qishosh.
  3. Meninggalkan Agama, yaitu ada 2 pengertian:
    a. murtad, artinya keluar dari agamanya dengan sebab melakukan kekafiran.
    b. Meninggalkan jamaah, artinya meninggalkan jamaah yang telah bersatu di atas agama yang benar, dengan demikian ia telah meninggalkan agama yang benar. Termasuk makna meninggalkan jamaah adalah jika memberontak imam yang sah.
Pelaksana Eksekusi
Seorang muslim yang telah dihukumi halal darahnya eksekusinya ada di tangan penguasa (imam) atau yang mewakilinya, jika di negaranya berlaku hukum Alloh. Apabila berada di Negara yang tidak menerapkan hukum Alloh maka tak seorang pun berhak mengeksekusi penumpahan darah. Untuk eksekusi yang tidak sampai penumpahan darah, seperti cambuk, qishosh non-bunuh, maka boleh dilakukan oleh seorang ‘alim jika atas kemauan pelaku. Demikian pendapat sebagian ulama.
Sumber: Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh 
Read more »

Tidak Ada Amal yang Bisa Menandingi Jihad


Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi yang menjadi rahmat bagi semesta alam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Allah menjadikan jihad Fi Sabilillah dengan harta dan jiwa sebagai harga yang pantas untuk memperoleh surga. Karena tidak ada amal yang lebih membutuhkan kesungguhan dan pengorbanan besar melebihi jihad. Di mana seorang mujahid menyerahkan nyawa dan hartanya demi tingginya kalimat Allah dan tegak agama-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Taubah: 111)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ () تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ () يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ () وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Shaff: 10-13)
Menjawab pertanyaan Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhuperihal amal yang memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan kepadanya puncak amal Islam, yakni jihad fi sabilillah.
رَأسُ الأمْرِ الإسلامُ ، وعَمُودُه الصَّلاةُ ، وذِرْوَةُ سَنامِهِ الجهاد
"Pokok urusan adalah Islam, tiangnya itu shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad." (HR. Al-Tirmidzi)
Dalam redaksi lainnya, Muadz bin Jabal mengatakan, "Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada perang Tabuk, lalu beliau bersabda: "Jika kamu mau akan kuberitahukan kepadamu tentang pokok urusan, tiangnya, dan puncaknya?" Aku menjawab, "Tentu saja mau wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Adapun pokok urusan adalah Islam. Sementara tiangnya adalah shalah. Sedangkan puncaknya adalah jihad."
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan Islam dengan seekor unta. Karena unta merupakan kendaraan yang bisa menghantarkan seseorang ke tempat yang dikehendakinya. Begitu juga Islam, ia menghantarkan seorang muslim dalam perjalanan duniawi kepada tempat yang terindah yang ditujunya, yakni surga. Lalu beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallammenyerupakan kepala unta dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan hampir setiap orang memungkinkan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat sebagaimana seseorang bisa mencapai kepala unta dengan memegang atau melihatnya. Hal ini berbeda dengan jihad yang diserupakan dengan punuk unta, bagian tertinggi darinya. Tidak setiap orang bisa sampai kepadanya kecuali orang yang tinggi. Begitu juga jihad tidak direngkuh kecuali oleh orang mukmin yang utama.
Makna lain diserupakannya jihad dengan punuk unta, karena ia adalah bagian tertinggi dari unta. Tak ada anggota badan unta yang sepadan tingginya dengan punuknya. Begitu juga jihad, tak ada amal dalam Islam yang sepadan dengannya.
Bisa juga dipahami, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallammenyerupakan jihad dengan punuk unta karena siapa yang sampai di atas punuk unta maka ia telah menguasai seluruh anggota tubuh unta tersebut dan mengendalikannya. Begitu juga jihad, siapa yang telah Allah karuniakan kesempatan berjihad, seolah, Allah telah memberikan kepadanya semua keutamaan yang ada dalam Islam. Hal ini dikarenakan seorang mujahid tetap diberi pahala jihad dalam tidurnya, perjalannya, capek dan lelahnya, lapar dan hasunya, dan pahala dalam setiap gerakannya. Sehingga tepatlah jawaban Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada seseorang yang bertanya kepadanya perihal amal yang bisa menandingi jihad, "Aku tidak mendapatkannya."
Dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dan berkata, ‘Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku satu amal yang menyamai jihad?’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak mendapatkannya.’ Beliau bersabda lagi, ‘Apakah kamu sanggup, apabila seorang mujahid keluar lalu kamu masuk ke dalam masjidmu kemudian kamu shalat tanpa berhenti dan berpuasa tanpa berbuka?! Ia menjawab, ‘Siapa yang sanggup melakukan itu wahai Rasulallah?’" (HR. al-Bukhari)

Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Wahai Rasulullah, Amalan apakah yang (pahalanya) sebanding dengan Jihad fi Sabilillah?” beliau menjawab, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Mereka (para sahabat) mengulangi pertanyaan tersebut dua atau tiga kali, dan  jawaban beliau atas setiap pertanyaan itu sama, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya." Kemudian setelah yang ketiga beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda,
مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
"Perumpamaan seorang mujahid Fi Sabilillah adalah seperti orang yang berpuasa yang  mendirikan shalat lagi lama membaca ayat-ayat Allah. Dan dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya, sehingga seorang mujahid fi sabilillah Ta’ala pulang." (Muttafaq 'Alaih)
. . . Siapa yang telah Allah karuniakan kesempatan berjihad, seolah, Allah telah memberikan kepadanya semua keutamaan yang ada dalam Islam. Hal ini dikarenakan seorang mujahid tetap diberi pahala jihad dalam tidurnya, perjalannya, capek dan lelahnya, lapar dan hasunya, dan pahala dalam setiap gerakannya.
Subhanallah!! Para sahabat bertanya kepada RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam tentang suatu amal yang bisa menyamai/menyerupai jihad dalam pahalanya. Lalu beliauShallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, bahwa kalian tak akan sanggup mengerjakan amal yang menyamai jihad. Merasa tidak puas, mereka mengulangi pertanyaan tadi. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab dengan jawaban yang sama. Lalu beliau menerangkan alasannya, bahwa perumpamaan seseorang yang sedang berjihad itu seperti orang yang beribadah kepada Allah; ia puasa di siang harinya dan tak pernah berbuka, berdiri shalat pada malam harinya tanpa capek dan melemah. Sehingga dari sini para sahabat Radhiyallahu 'Anhum tahu, kenapa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda kepada mereka: "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Ibnu al-Hajar rahimahullah berkata dalam mengomentari hadits di atas, "Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan kondisi orang yang berpuasa dan berdiri shalat yang tak berhenti barang sesaat dari beribadah sehingga pahalanya terus mengalir. Begitu juga seorang mujahid tidak menyia-nyiakan dari waktunya tanpa pahala." (Dinukil dari Fath al-Baari)
Imam al-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim berkata, "Makna al-Qanith di sini adalah al-Muthi' (orang yang taat). Dan dalam hadits ini diterangkan agungnya keutamaan jihad. Karena shalat, puasa, dan membaca ayat-ayat Allah adalah amal-amal yang paling utama. Dan beliau menjadikan seorang mujahid seperti orang yang tak terputus sebentar saja dari semua itu. Dan sudah maklum, tak seorangpun yang mampu melakukannya. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Ibnul Hajar rahimahullah berkata lagi, "Ini merupakan keutamaan nyata bagi seorang mujahid Fi Sabilillah yang menuntut tidak ada sesuatu dari amal-amal (dalam Islam) yang menandingi jihad." (Fathul Baari: 6/7)
Al-Qadhi 'Iyadh rahimahullah berkata: hadits bab ini menerangkan keagungan urusan jihad, karena puasa dan selainnya yang telah disebutkan sebagai bagian dari Fadhail A'mal telah disamai oleh jihad sehingga semua keadaan seorang mujahid dan aktifitasnya yang mubah menyamai pahala orang yang semangat dalam shalat dan lainnya. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Laa Tastathii'u Dzalika (kalian tidak akan sanggup mengerjakannya)." (Dinukil adri Fath al-Baari: VI/5)
. . . tidak ada sesuatu dari amal-amal (dalam Islam) yang menandingi jihad . . .
Bagaimana keutamaan ini tidak direngkuh oleh mujahid, padahal Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan kondisinya sepertri orang yang berpuasa dan berdiri shalat yang setiap saat mengalir pahalanya dalam setiap gerakan dan diamnya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Read more »

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di




Beliau adalah Asy Syaikh Abu Abdillah Abdurrahman bin Naashir bin Abdullah bin Nashir As Sa’di dari Bani Tamim.
Beliau dilahirkan di kota Unaizah, daerah Qosim (sekarang di Kerajaan Saudi Arabia) pada tanggal 12 Muharram 1307 H atau 1886 M. Ibu beliau wafat ketika beliau berusia empat tahun yang disusul sang bapak di usia beliau yang ketujuh.
Beliau menghapalkan Al Quran dan menguasai ilmu qira’ah sebelum usia beliau genap sebelas tahun. Syaikh As Sa’di kemudian mendedikasikan diri beliau untuk menuntut ilmu, belajar dari para ulama di kota beliau serta ulama-ulama yang sedang berkunjung ke sana.

Di antara guru-guru beliau yang terkenal antara lain:
- Asy Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Haasir
- Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Kariim Asy Syibl
- Asy Syaikh Shalih bin Utsman, qadi Unaizah,
- Asy Syaikh Muhammad Asy Syinqiti yang tinggal di Hijaz, dan yang selain mereka.
Bagaimana pun juga, barangsiapa yang mengatakkan bahwa guru beliau adalah Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim, maka sungguh mereka telah berkata benar, karena beliau adalah seorang penuntut ilmu yang sangat antusias terhadap karya Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim.
Karakteristik utama beliau adalah beliau memiliki akhlak yang sangat mulia. Beliau begitu ramah, baik dengan yang lebih tua maupun yang muda. Beliau akan berbicara kepada setiap orang sesuai dengan tingkat pemahaman serta apa yang terbaik bagi orang tersebut. Beliau tidak perduli dan menjauh dari kemewahan serta godaan kehidupan dunia. Beliau tidak ambil peduli dengan kedudukan, kekuasaan, maupun kemasyhuran.

Beliau menulis banyak karya, di antaranya:
1. Al Adillati wal Qawathi’ wal Baraahin fi Ibthali Ushulul Mulhidin
2. Al Irsyad ila Ma’rifatil Ahkam
3. Intisharul Haq
4. Bahjahtu Qulubil Abrar wa Qurratu Uyunil Akhyar fi Syarhi Jawami’ul Akhbar (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99 Hadits Pilihan” oleh Al Ustadz Harits Abrar Thalib, Penerbit Cahaya Tauhid Press)
5. At Ta’liq wa Kasyfun Niqaab ala Nizhami Qawaidul I’rab
6. Taudhih Al Kaafiyah Asy Syafiyah
7. Taudhihu wal Bayaan li Sajaratil Iman
8. Haasyiyah Fiqhiyah
9. Diiwan Khutab
10. Al Qawaidul Hisan
11. Tanzihuddin
12. Radd ala Al Qasimi
13. Al Haqq Al Wadhih Al Mubayyin
14. Taisir Karimirrahman fit Tafsiri Kalamil Mannan, sebuah tafsir Al Quran sebanyak delapan jilid.
15. Hukmu Syarbud Dukhan (Hukum Menghisap Rokok)
16. Risalah fi Qawaid Al Fiqhiyyah
17. Al Fatawa As Sa’diiyah
18. Al Wasaailul Mufiidah lil Hayatis Sa’idah (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Kunci Meraih Kebahagiaan Hidup oleh Al Ustadz Fuad Qawwam, Lc. Penerbit Cahaya Tauhid Press)
19. Ad-Durar Al-Mukhtasharah fii Mahaasin Al-Islaam, (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Sungguh Islam itu Indah!” oleh Al Ustadz Fuad Qawwam, Lc. Penerbit Al Ilmu)
20. Al Qawaidul Hisan lit Tafsiril Qur’an (Kaidah-kaidah dalam menafsirkan Kitab Suci Al Qur’an)
21. Al Qaulussadiid fi Maqasidit Tauhid (merupakan penjelasan terhadap Kitabut Tauhid karya Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab)
22. Minhajus Salikin fit Taudhihil Fiqhi fid Diin
23. Ar Riyadh An Nadhirah dan puluhan kitab lainnya.

Di Antara Murid Beliau
Salah seorang murid Asy Syaikh As Sa’di yang termasyhur adalah Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Asy Syaikh Al Utsaimin belajar ilmu tauhid, tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqh, ilmu waris, musthalah hadits, nahwu dan sarf.
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah memberikan sebuah testimony tentang guru beliau, Asy Syaikh As Sa’di,
“Saya banyak sekali terpengaruh dengan metode beliau dalam mengajar dan menyampaikan ilmu, bagaimana mempermudah murid-murid beliau agar bisa memahami dengan beragam contoh dan makna-makna. Dan saya juga terpengaruh dengan akhlak beliau karena Asy Syaikh Abdurrahman rahimahullah adalah orang yang memiliki akhlak yang sangat mulia, beliau rahimahullah banyak sekali ilmu dan ibadahnya, beliau terkadang bersenda gurau dengan yang lebih muda, bermurah senyum dengan yang lebih tua. Dia adalah salah seorang yang kulihat paling baik akhlaknya.”
Demikianlah kesaksian Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin terhadap guru beliau Asy Syaikh As Sa’di.
Murid beliau yang lain adalah Asy Syaih Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil, salah seorang anggota Hai’ah Ad Daimah bi Majalisil Qadhail A’la – Komite Tetap dalam Mahkamah Agung Kerajaan Saudi Arabia.

Wafat Beliau
Beliau hidup dalam keadaan yang mulia dan terpuji sampai akhirnya beliau wafat pada tanggal 24 Jumadits Tsani tahun 1376 H/ 1955 H.
Read more »